Jumat, 10 Oktober 2008

BUTUH ULURAN TANGAN

Aku punya utang Rp 200 juta. Itulah kenyataan hidup ku ini. Aku dililit utang setelah aku selalu membantu teman, berkorban demi perusahaan dan membangun rumah yang sebetulnya aku belum mampu. Aku sering dikenal oleh orang seperti lilin, mampu menyinari namun dirinya hancur.

Kenyataan pahit inilah yang sedang aku hadapi. Utang yang membelenggu begitu besar membuat aku stres dan bingung untuk mencari solusi. Hampir setiap hari aku dikejar-kejar bank, teman dan leasing. Aku pinjam uang di bank Danamon atas nama aku sendiri, orang tua aku, dan mertua aku total ada Rp 105 juta. Untuk atas nama orang tua, aku menjaminkan sertifikat tanah dan rumah. Yang aku khawatir, jika aku tidak mampu menyetori rumah dan tanah orang tua serta mertuaku bisa disita. Setelah itu mereka mau tidur di mana. Sungguh tragis kehidupan ku ini.

Aku juga punya utang di kantor dan teman-teman, semua utang itu total dari sisa aku utang di bank dan leasing. Oh ia aku adalah seorang karyawan di sebuah media lokal di Tegal. Aku memiliki gaji yang tidak cukup untuk nyetori utang. Apalagi gaji ku sama sekali tidak tidak aku terima. Memang ada, tapi itu tinggal kisaran Rp 50 ribu agar rekening bank mandiri ku tidak hangus. Dan ini berjalan sudah dua bulan lebih.

Sekarang (10 Oktober 2008), isteri ku sedang hamil anak keempat. Setiap hari isteriku dan anak-anaku tidak pernah aku nafkahi, tapi mereka minta diorangtuanya dan aku diibuku. Perjalanan ini terus aku jalani hingga saat ini. Sungguh teriris dan menangis hati ini, jika ingat isteri dan anak-anaku. Namun aku selalu bersyukur ternyata mereka begitu sabar dan tabah, bahkan selalu memberi motivasi aku, "Mas, hidup tidak selamanya di bawah. Roda aja berputar. Yang penting kita pasrah sama Allah". Itulah ucapan isteri ku yang membuat aku kuat hingga saat ini dan dia berucap "Mas, di akhirat nanti, kita tidak bisa minta tolong sama orang lain, tapi amallah yang dimintai tolong. Jadi, sebesar apapun ujian ini di dunia, kita masih hidup di dunia. Sehingga kita bisa minta tolong kepada orang tua, teman atau kerabat. Yang penting usaha dan sabar."

Terkadang aku kelihatan ceria atau gembira di hadapan teman maupun keluarga. Padahal pikiran dan hati sedang kalut, mikirkan bagaimana besok aku setor bank? SEJAK MARET 2010 Alhamdulillah sekarang saya dan keluarga telah bangkit dari keterpurukan. Ini semua Allahlah yang memudahkan dan mengangkat derajat saya dan keluarga. Semoga saya dan keluarga bisa terus beramal dalam hidup ini. Apalagi prinsip saya, hidup untuk amal hingga akhir hayat nanti. Dan semoga Allah selalu menerima amal baik saya dan keluarga. Amin

Senin, 07 Juli 2008

MAU JALAN-JALAN KE KOREA GRATIS???

Lomba Penulisan Esai Melalui Cerita Pendek
MAU JALAN-JALAN KE KOREA GRATIS???IKUTI LOMBA PENULISAN ESAI "MENGENAL MASYARAKAT DAN BUDAYA KOREA MELALUI CERITA PENDEK"
Korean Literature Translation Institute (KLTI) dan Indonesia Culture Center Seoul (Pusat Budaya Indonesia, Seoul) bekerja sama dengan Program Studi Indonesia dan Program Studi Korea, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI) dan Penerbit Gramedia Pustaka Utama akan menyelenggarakan lomba penulisan esai yang membahas atau mengapresiasi buku antologi cerpen Laut dan Kupu-Kupu (terjemahan Koh Young Hun dan Tommy Christomi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007). Lomba dengan tema "Mengenal Masyarakat dan Budaya Korea melalui karya sastra (cerpen)" bertujuan memperkenalkan kesusastraan, masyarakat dan kebudayaan Korea melalui karya sastra (cerpen) serta membuka jalan bagi usaha mengenal kebudayaan dan masyarakat Korea lebih dekat
Ketentuan Umum
Lomba ini terbuka bagi warga negara Indonesia yang pada tahun 2008 berusia tidak lebih dari 40 tahun (dibuktikan dengan menyertakan Kartu Tanda Penduduk atau kartu identitas lainnya).
Biodata dan alamat lengkap (termasuk nomor telepon, ponsel, dan e-mail) disertakan di luar naskah lomba.
Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu naskah lomba.
Naskah lomba belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apa pun.
Naskah lomba ditulis dalam bahasa Indonesia yang kreatif dan merupakan karya asli.
Panjang tulisan untuk lomba ini minimal 4 halaman kuarto atau A4 dengan huruf standar (Times New Roman, 12), 1,5 spasi dan maksimal 10 halaman (2000--4000 kata).
Naskah lomba dikirim kepada Panitia sebanyak 5 (lima) kopi, selambat-lambatnya tanggal 29 Agustus 2008 (stempel pos).
Di sebelah kiri amplop dan di dalam setiap naskah lomba hendaknya dicantumkan keterangan: LOMBA PENULISAN ESAI : MENGENAL MASYARAKAT DAN BUDAYA KOREA MELALUI CERITA PENDEK
Naskah lomba dialamatkan kepada: Panitia Lomba Penulisan Esai: Mengenal Masyarakat dan Budaya Korea melalui Cerita Pendek Dengan Alamat: Program Studi Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok, 16424, telepon (021) 78881018, 7863528, faks. (021) 78881018, email: lombaesaikorea@yahoo.com
Keterangan lebih lanjut mengenai lomba ini, boleh ditanyakan kepada Sdr. Prisila Limbong, Program Studi Indonesia, telepon (021) 78881018, Faks. (021) 78881018.
Ketentuan Khusus
Bentuk tulisan berupa esai dengan gaya bahasa yang cair, kreatif, dan tidak dalam bentuk makalah ilmiah.
Peserta lomba adalah perorangan, bukan kelompok.
Setiap pengutipan hendaknya tidak lebih dari delapan (8) baris dari teks aslinya dengan mencantumkan nomor halaman teks yang dikutip. Tidak dibenarkan menggunakan catatan kaki (footnote).
Naskah lomba belum pernah dipublikasikan atau diikutsertakan dalam lomba lain.
Lomba ini mendasari kajian atau apresiasi pada buku antologi cerpen Laut dan Kupu-Kupu (terjemahan Koh Young Hun dan Tommy Christomi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007). Ulasan atas cerpen lain di luar buku itu diizinkan sejauh mendukung dan ada relevansinya dengan cerpen-cerpen yang termuat dalam buku Laut dan Kupu-Kupu.
Peserta yang kesulitan untuk mendapatkan buku Laut dan Kupu-Kupu, dapat menghubungi Penerbit Gramedia Pustaka Utama melalui Sdr. Wina, telepon: 021-53677834 ext 3252, email: telemarketing@gramedia.com (subyek: lomba esai kumcer Korea). Penerbit akan memberikan rabat sebesar 25% untuk setiap pemesanan langsung ke Penerbit (diskon tidak berlaku di toko buku). Ongkos kirim untuk wilayah JABODETABEK sebesar Rp. 5000 ditanggung oleh pemesan.
Hadiah
Juara I Rp 2.500.000,00
Juara II Rp 2.000.000,00
Juara III Rp 1.500.000,00
Juara 1--2 juga akan mendapat kehormatan untuk berkunjung ke Korea atas tanggungan Panitia (Tiket PP Jakarta--Seoul, Seoul--Jakarta, Fiskal, akomodasi, konsumsi, dan transportasi selama di Korea). Panitia tidak menanggung biaya pembuatan paspor dan visa.
10 esai terbaik di luar Juara I--3 akan mendapat hadiah masing-masing @Rp 1.000.000,00Lain-Lain
Pengumuman Pemenang dan penyerahan hadiah dilaksanakan tanggal 23 September 2008 di FIB-UI dan akan dipublikasikan secara nasional melalui media massa cetak ibukota dan website Gramedia Pustaka Utama, www.gramedia.com
Panitia berhak mengedit jika dianggap perlu bagi naskah yang akan diterbitkan.
Hak cipta naskah lomba ada pada penulis naskah.
Panitia berhak membatalkan keputusan dewan juri jika diketahui peserta lomba melanggar ketentuan khusus. Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat, dan tidak diadakan surat-menyurat.

Minggu, 06 Juli 2008

Ingin Kaya ? Jadilah Pengusaha

"Apakah Selama ini anda berpikir bahwa hidup anda dari Kakek, Ayah, dan Anda akan mengajarkan kepada anak anda seperti ini: Belajar yang baik, dapatkan ranking, kuliah di perguruan tinggi yang hebat, dapatkan IPK yang tinggi, dan bekerja pada perusahaan besar, dan Pensiun...?" Kalau anda Jawab "YA" berarti artikel ini cocok untuk anda...!!"
Banyak orang yang mau kaya tapi tidak mengetahui bagaiamana caranya kaya, sebagian dari kita bila berkunjung ke orang yang kaya kita akan mencari 2 hal yaitu: Pekerjaan atau Hutang.
Dari hal tersebut diatas perlu kita perhatikan bukan karena INCOME yang menentukan hidup kita
Apakah sekolah menyiapkan anak-anak kita untuk menghadapi dunia yang riil?" Belajarlah yang giat dan
raihlah angka yang baik yang baik, dan kamu akan mendapatkan pekerjaan yang upahnya tinggi dan
tujangan serta keuntungan yang besar. Itulah yang orang tua saya ajarkan kepada saya dan akhirnya
saya menjadi sesukses sekarang, Sampai dengan suatu hari pada tahun 1996, salah satu anak saya pula
ke rumah dengan penuh rasa kecewa terhadap sekolah. Dia bosan dan capai belajar. " mengapa saya
harus menghabiskan waktu untuk mempelajari hal-hal yang tidak akan pernah saya gunakan dalam
kehidupan riil?" katanya memprotes.
Tanpa pikir panjang, saya langsung menjawab, " Karena bila kamu tidak memperoleh ranking yang baik,
kamu tidak akaan bisa diterima di Universitas."
"tak peduli apakah saya akan kuliah di perguruan tinggi atau tidak," Jawabnya," saya akan kaya"
"Jika kamu tidak lulus dari perguruan tinggi, kamu tidak akan mendapatkan pekerjaan yang baik," jawab
saya dengan nada panic dan sikap peduli yang keibuan. " Dan jika kamu tidak mempunuao pekerjaan
yang baik, bagaimana kamu merencanakan untuk menjadi orang kaya ?"
Putra saya menyeringai dan perlahan-lahan menundukan kepalannya dengan ogah-ogahan.kami sudah
membicarakan hal ini banyak kali. Ia merendahkan kepalanya dan memutar-mutar matanya. Kata-kata
kebijaksanaan saya yang keibuan sekali lagi masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
Meskipun cerdas dan berkemauan kuat, ia selalu merupakan pemuda yang ramah dan penuh hormat.
"Bu," ia mulai, giliran saya yang "dikuliahi". " ikutilah perkembangan zaman! Lihat sekeliling ibu, Saya
kira ibu juga tahu bahwa banyak orang sangat kaya tidak memperoleh kekayaan mereka karena
pendidikan mereka. Lihatlah Michael Jordan, Maddona bahkan Bill Gates, yang Drop Out dari Harvard
University, Telah mendirikan Microsoft; sekarang ini merupakan orang terkaya di Dunia, Padahal
umurnya baru 30an waktu itu.
Kesunyian yang panjang menyelimuti kami, Saya tidak pernah menduga bahwa saya memberi anak saya
nasehat yang sama yang dulu diberikan oleh orang tua saya kepada saya .Dunia sekitar kita telah
berubah, bahkan sangat cepat, tetapi nasehat yang kita berikan tidak atau belum berubah.
Memperoleh pendidikan yang baik dan meraih ranking yang baik tidak lagi menjamin kesuksesan, dan
tak seorang pun tamapak memperhatikan hal itu, kecuali anak-anak kita.
"Bu," lanjutnya, " saya tidak ingin bekerja sama kerasnya seperti yang ibu lakukan. Ibu menghasilkan
banyak uang, dan kita tingga dalam rumah yang amat besar dengan begitu banyak mainan. Jika saya
menuruti nasihat ibu, nasib saya pun akan berakhir sperti ibu : bekerja keras dan semakin keras hanya
untuk membayar pajak yang lebih besar dan akhirnya hidup dalam utang. Saya tahu lulusan universitas
sekarang memperoleh bayaran lebih kecil daripada ketika ibu baru lulus, lihatlah dokter. Mereka tidak
menghasilkan uang sebanyak dulu. Saya sadar tidak dapat bersandar pada jaminan social dana dana
pesiun dari tempat kerja. SAYA MEMBUTUKAN JAWABAN-JAWABAN BARU.
Ia benar, ia dan saya membutuhkan jawaban baru, Nasihat orang tua saya mungkin berhasil untuk
orang-orang yang lahir sebelum tahun 1945. Tetapi nasihat tersebut akan menjadi bencana bagi kita
yang lahir pada dunia yang berubah dengan cepatnya. Saya tidak bisa lagi hanya mengatakan kepada
mereka " pergilah kesekolah, raihlah nilai yang baik, dan carilah pekerjaan yang aman dan terjamin"
Saya tahu saya harus mencari cara-cara baru untuk membimbing pendidikan anak-anak saya.
Sebagai seorang ibu dan sekaligus seorang akuntan, saya perihatin dengan kurangnya pendidikan
financial yang diterima anak-anak kita di sekolah, banyak dari anak-anak muda jaman sekarang
mempunyai kartu kredit sebelum mereka lulus SMU, namun mereka tidak perna mendapat kursus
tentang uang atau bagaimana mengivestasikannya apalagi tentang bagaiaman cara kerjanya suku bunga
kartu kredit yang berlipat ganda itu. Singkat kata, tanpa melek financial dan pengetahuan tentang
bagaiamana cara uang bekerja, mereka tidak disiapkan untuk menghadapi cunia yang sedang
menantikan mereka, sebuah dunia dimana pengeluaran lebih ditekankan daripada penabungan
Ketika sebagai mahasiswa tingkat pertama anak tertua saya akhirnya terjerat hutang karena kartu-kartu
kreditnya, saya tidak hanya membantunya menghancurkan kartu-kartu kreditnya. Tapi saya juga pergi
ke sebuah program yang akan membantu saya mendidik anak-anak saya dalam masalah-masalah
keuangan.
Ada sebuah artikel menarik mengatakan di Amerika , dimana mereka memiliki kekuatannya financial
dikatakan bahwa:
Setelah menginjak usia 65th, nasib mereka seperti ini :
36% telah meninggal dunia, 54% masih bergantung pada anak cucunya, 5% masih bekerja keras, 4%
benar-benar pesiun, HANYA 1% saja yang benar-benar kaya raya. Keadaan seperti itu terjadi di Amerika
yang notabene mempunyai Jaminan Sosial dan Dana Pesiun, Bagaimana dengan Negara Indonesia?
Bagaimana dengan anda?

Jumat, 04 Juli 2008

Mendidik Hemat

Banyak orang dewasa yang tidak tahu bagaimana cara mengelolakeuangan dengan benar, karena tidak diajarkan sejak kecil. Kebanyakanorang tua mengaturkan keuangan anaknya, sehingga sang anak tidakperlu tahu mengenai kebutuhan keuangannya. Padahal hampir semuaaspek kehidupan berhubungan dengan keuangan.Bila Anda ingin anak Anda matang secara finansial pada saat dewasa,Anda harus mulai membiarkan anak Anda untuk menangani sendiri masalah keuangannya. Yang perlu Anda lakukan akan mengajarkan danmemandu sang anak, agar terus menerapkan pengelolaan keuangan yang baik. Dalam kesempatan ini akan saya bahas beberapa kebiasaankeuangan yang sebaiknya diajarkan kepada anak Anda.1. Membuat Anggaran Sederhana (Budgeting)Budgeting adalah inti dari pengelolaan keuangan. Kebanyakan orangmengalami kesulitan keuangan karena tidak menguasai budgeting. Bagaimana cara mengajarkan budgeting kepada anak?Kebutuhan anak lebih sederhana bila dibandingkan dengan orang dewasa.Karena itu budgeting yang kita ajarkan juga lebih sederhana, sehinggalebih gampang untuk dicerna oleh anak. Misalkan biasanya anak Andamendapatkan uang jajan Rp. 10.000,- per hari. Nah, untuk mengajarkananak Anda budgeting, Anda perlu memberikan uang jajan selama satuperiode secara langsung kepada anak Anda. Mulailah dengan periode yang kecil, misalnya mingguan. Satu minggu terdiri dari 7 hari, jadiAnda langsung menyerahkan Rp. 70.000,- kepada anak Anda.Tentunya anak Anda perlu dipandu dalam pemanfaatan uang jajan tersebut. Apalagi uang jajan yang Anda berikan langsung dalam jumlahbesar. Berikan pengertian bahwa uang yang Anda berikan itu adalahuntuk satu minggu. Ajarkan cara budgeting sederhana kepada anakAnda, bahwa sang anak harus memberikan jatah belanja sebanyakRp. 10.000,- per hari. Bila pada hari tersebut sang anak sudah belanjalebih dari Rp. 10.000,-, maka dia harus berhenti berbelanja hinggakeesokan harinya.Anda juga perlu menjelaskan hukuman bila sang Anak menghabiskan uangjajan tersebut sebelum seminggu. Berikan penjelasan bahwa bila uangyang diberikan ternyata habis sebelum seminggu, maka Anda tidak akanmemberikan uang tambahan. Akibatnya sang anak dalam minggu tersebutsudah tidak dapat berbelanja. Berikan penekanan bahwa sang anak harusdisiplin dalam berbelanja, sehingga uang jajan yang dihabiskan tidaklebih dari Rp. 10.000,- per hari.2. Kebiasaan Menabung untuk Mendapatkan SesuatuApabila anak Anda meminta Anda untuk membelikan sesuatu yang cukupmahal, lebih baik Anda memberikan penjelasan kepada anak Anda bahwabarang tersebut cukup mahal sehingga sang anak perlu menabungterlebih dahulu sebelum dapat membelinya. Kebiasaan menabung untuk mendapatkan sesuatu ini sangat baik untukpendidikan finansial sang anak, sebab pada saat menabung sang anakharus menahan sebagian keinginan untuk berbelanjanya demi tujuanyang lebih besar.Misalkan saja anak Anda meminta Anda untuk membelikan sebuah sepedadengan harga Rp 500.000,-. Anda memberikan penjelasan kepada anakAnda bahwa harga Rp. 500.000,- itu cukup mahal, sehingga Anda tidakdapat langsung membeli sepeda tersebut. Lalu Anda dapat mengajarkananak Anda bahwa bila sang anak bersedia menabungkan uang jajannyasebesar Rp. 50.000,- per bulan, maka sang anak bisa membeli sepedatersebut dalam waktu 10 bulan.Mintalah agar anak Anda menghemat uang jajannya demi tujuannya untukmembeli sepeda. Disini peran Anda adalah memberikan pengertian bahwasang anak harus menahan keinginan berbelanjanya, sehingga berbelanjalebih sedikit dari biasanya agar dapat ditabung dan membeli sepeda.Setelah sang anak bersusah payah menabung selama 10 bulan, mungkinsaja ada beberapa faktor yang menyebabkan sang anak tidak bisamembeli sepeda yang diinginkan. Misalkan harga sepedanya naik, atausebagian tabungan anak terpotong oleh biaya administrasi bank. Dalamhal ini, lebih baik Anda membantu anak Anda dengan cara menanggungbiaya yang tidak berhasil dikumpulkan oleh anak Anda. Anggap sajahal ini adalah hadiah/reward atas kerja keras sang anak dalammenabung selama 10 bulan.3. Mengenal perbankanDi jaman sekarang, kehidupan finansial seseorang selalu berkaitandengan perbankan. Mungkin gaji Anda ditransfer langsung ke rekeningbank Anda. Bank juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan uang Anda. Bank juga memiliki beberapa fitur yang dapat Anda manfaatkan sepertipembayaran tagihan bulanan seperti telepon, listrik, air dan lain-lain.Oleh karena itu, adalah penting untuk memperkenalkan anak ke duniaperbankan. Caranya adalah dengan membuka satu buah rekening khususuntuk anak Anda, dan membiarkan anak Anda melakukan sendiri transaksikeuangannya di bank. Anda perlu mengajarkan anak cara untuk mengisislip penyimpanan atau pengambilan uang, bagaimana cara mengantri diteller. Yang terpenting adalah bagaimana cara sang anak berkomunikasidengan teller pada saat ingin menyetor atau mengambil uang.Mengenai ATM, lebih baik anak Anda tidak diberi kartu ATM hingga matang secara finansial. Sebab keberadaan kartu ATM menyebabkan uangtabungan menjadi sangat gampang untuk diambil, sehingga anak yangmasih kurang matang secara finansial cenderung untuk menguras isitabungannya. Hal ini akan merusak kebiasaan menabung sang anak. Lebihbaik ATM diberikan setelah anak Anda lebih matang dalam hal finansial,mungkin setelah duduk di bangku SMP atau SMU.

Selasa, 24 Juni 2008

Moderisasi Pelayanan Marketing

Apakah setiap orang yang menjual produk bisa disebut sebagai pemasar?
Ketika berbicara dengan kelompok orang-orang yang menjadi agen properti, mereka selalu mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang pemasaran. Padahal pekerjaan mereka lebih banyak pada urusan jualan. Saya tidak menyalahkan mereka. Umumnya industri yang benar-benar mengandalkan tenaga penjual seperti properti dan asuransi, melihat antara pemasar dan penjual seperti tidak ada bedanya. Bagi mereka, memasarkan produk berarti ya, menjual. Soalnya, dibeli atau tidaknya produk mereka akan tergantung dari kemampuan para agen menjual produk mereka. Mungkin ada beberapa persen pembeli yang membeli karena sudah merasa yakin akan produk tersebut. Tetapi sebagian besar konsumen membeli karena dorongan tenaga penjual. Apalagi jika berbicara tentang industri asuransi dimana antara produk satu dengan yang lain seperti tidak ada bedanya, maka kemampuan agen asuransi lah yang lebih berperan. Istilah pemasaran juga dipergunakan di banyak perusahaan untuk menutup persepsi jelek konsumen terhadap penjual. Banyak konsumen mempersepsikan penjual sebagai orang yang sangat pushy, licik dan banyak omong. Oleh karena itu istilah pemasar juga kerap banyak dipakai. Istilah pemasaran juga sering dikaitkan dengan 4P. Mata pelajaran ekonomi maupun bahasa Inggris banyak yang menyebut 4P sebagai konsep pemasaran ketika menyinggung bab tentang pemasaran. 4P ini diartikan sebagai: Product, Price, Place dan Promotion. Produk menyangkut produk apa yang dijual, price menyangkut harga yang diberlakukan pada produk tersebut, place menyangkut bagaimana produk tersebut didistribusikan dan promotion menyangkut bagaimana mempromosikan produk tersebut. Dari 4P tersebut, yang paling terlihat menonjol adalah promotion. Itulah sebabnya, banyak orang juga yang menyamakan pemasaran (hanya) dengan promosi. Padahal 4P sendiri telah berkembang menjadi 5P, 6P, bahkan 14P! Contohnya adalah Public Relations (PR). Dahulu PR dimasukkan sebagai aktivitas promosi. Tetapi dengan semakin kuatnya PR sebagai aktivitas komunikasi yang penting, orang-orang pemasaran maupun PR mulai melepaskan PR dari Promosi. Demikian halnya dengan orang-orang yang bekerja di bidang pelayanan, mereka memasukkan satu unsur lagi di dalam P tersebut, yakni Proses. Alasannya, proses dalam sebuah pelayanan adalah sesuatu yang penting. Orang menikmati pelayanan karena proses yang diberikan. Sekalipun produk yang dijual bagus, tetapi jika proses pelayanan yang diberikan buruk, orang bisa tidak puas Jika saya mencoba mendefinisikan secara sederhana, maka pemasaran merupakan upaya memindahkan produk atau layanan kepada konsumen agar tercipta kepuasan di sisi konsumen dan value di sisi perusahaan. Memindahkan produk atau layanan ke konsumen tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Konsumen bisa menolak karena merasa tidak memiliki kebutuhan akan produk tersebut. Bisa juga memiliki kebutuhan tetapi produknya tidak menarik atau harganya terlalu mahal. Atau, bisa juga karena produknya kurang dikenal atau sulit diperoleh. Jadi, memindahkan produk atau layanan ke konsumen memiliki banyak tantangan. Bahkan ketika produk atau layanan tersebut telah sampai di konsumen, tantangan berikutnya adalah, apakah konsumen tersebut juga puas sehingga mau menerima produk dan layanan kita lagi? Kalaupun mereka puas, tantangan lain, apakah perusahaan kemudian rugi karenanya? Jadi pemasaran merupakan serentetan strategi, taktik dan aksi yang demikian panjang agar produk yang dibuat perusahaan sampai kepada konsumen, memberikan kepuasan kepada mereka dan menciptakan value untuk perusahaan. Value disini bukan hanya profit tetapi juga hal-hal lain seperti citra, kredibilitas dan bahkan harga saham di bursa. Pemasaran tidak hanya dibutuhkan oleh perusahaan tetapi juga oleh lembaga non profit seperti pemerintah, lembaga sosial maupun lembaga swadaya masyarakat. Bahkan kita pun membutuhkan pemasaran dalam hidup kita sehari-hari. Contohnya, dalam mencari pekerjaan, kita harus punya strategi agar lamaran kita bisa dilirik oleh pencari tenaga kerja. Pun dalam wawancara, kita harus punya kemampuan memasarkan diri kita agar mereka tertarik untuk menjadikan kita karyawan mereka. Jadi pemasaran memang tidak bisa diartikan sebagai menjual saja atau beriklan saja. Keseluruhan elemen dalam pemasaran menjadi penting dan saling mendukung. Uniknya, ilmu pemasaran memang bukanlah ilmu pasti. Ilmu pemasaran bisa diutak-atik sesuai kebutuhan. Strategi yang cocok pada satu produk belum tentu cocok pada produk lain. Bahkan pemasaran bisa membuat produk yang tadinya tidak dibutuhkan konsumen bisa menjadi sebuah kebutuhan. Jadi pemasar agak melawan teori ekonomi yang melandaskan diri pada kebutuhan (need) dan keinginan (want) karena keduanya bisa dibentuk oleh pemasaran. Buktinya, sepuluh tahun yang lalu orang bisa hidup normal tanpa handphone.
PeLanggan
Ada satu pepatah dalam bahasa Indonesia yang saya tidak tahu sejak kapan mulai digunakan: ‘pelanggan (atau pembeli) adalah raja’. Sebuah pepatah yang menunjukkan bagaimana orang-orang yang bergerak di bidang penjualan atau pemasaran memperlakukan pembeli atau pelanggan.
Bila dilihat dari pepatah itu maka tidak akan banyak pelanggan dari banyak perusahaan terutama yang berlabel badan usaha milik negara/daerah yang perlu mengkeluhkan layanan buruk yang mereka terima. Namun, apa yang kita dengar di mana-mana? Masih banyak pelanggan, pembeli, nasabah, client (atau apapun cara menyebut mereka) yang menyuarakan keluhan mereka. Keluhan yang disampaikan di televisi, radio, majalah, ataupun koran, termasuk ke saluran-saluran resmi perusahaan yang memberikan pelayanan tersebut.
Apa yang kita lihat, apa yang kita dengar? Di semua industri; perbankan, energi, air minum, telekomunikasi, penerbangan dan masih banyak lagi sektor industri di negara kita yang tercinta ini masih sering kita dengar keluhan dari pengguna jasa tersebut atas kualitas jasa yang mereka terima dari pemberi jasa tersebut.
Bisakah sekarang kita tetap bertahan pada pepatah tersebut; ‘pelanggan (pembeli) adalah raja’? Mari kita melihat dari sisi memberi dan menerima. Saya sangat yakin bahwa seluruh etnis di negara tercinta ini mengenal arti kata raja, karena semua etnis di negara kita yang tercinta ini di jaman dulu pernah memiliki raja atau hidup dalam jaman kerajaan. Sehingga tidak akan terlalu sulit membawa konsep raja dalam tulisan ini.
Benarkah bila saya mengatakan bahwa kepada raja, kita lebih sering memberi terlebih dahulu daripada meminta atau menerima? Bahkan dari kisah-kisah di jaman dulu kita pernah dengar bahwa orang-orang bisa memberi lebih dari satu kali baru kemudian berani meminta, berani mengharapkan raja akan memberi balasan.
Di satu negara lain, kita mungkin pernah mendengar bahwa hampir seluruh sektor industri akan memberikan kesempatan bagi para pembeli untuk menukar kembali barang yang pernah mereka beli sejauh pembeli tersebut masih menyimpan bukti pembelian barang itu. Bahkan untuk alasan yang sangat sederhana; warna barang itu ternyata tidak terlalu cocok untujk si pembeli. Sangat sederhana. Pembeli bahkan mempunyai pilihan yang sangat luas. Dapat menukarkan dengan barang yang sama dengan warna yang berbeda. Menukarkan dengan barang yang berbeda, warna berbeda, tetapi dengan harga yang sama. Menukarkan dengan barang apapun yang memiliki harga lebih tinggi, bila si pembeli mau membayar untuk selisih harga tersebut. Menukarkan dengan barang apa saja yang memiliki harga lebih rendah dan mengembalikan selisih harga yang telah dibayarkan pembeli. Yang paling akhir adalah mengembalikan seluruh uang yang telah dibayarkan pembeli bila barang tersebut dikembalikan kepada penjual.
Ini belum termasuk bila barang tersebut kadaluwarsa dan menyebabkan pembeli menderita sakit. Penjual bahkan tidak meminta kembali barang tetapi membayar biaya berobat yang harus dikeluarkan pembeli atau mengganti sampai dengan sepuluh kali lipat harga barang yang dibeli.
Bagaimana dengan barang yang dibayar dengan cicilan? Di negara kita tercinta kita sering mendengar panjar, down payment, dan istilah lain yang menunjukkan bahwa barang tersebut baru dapat dibawa pulang oleh pembeli bila pembeli telah memberikan sejumlah uang terlebih dahulu. Walaupun kemudian sisa harga barang tersebut akan dibayar secara bertahap, tetapi tetap saja pembeli baru menerima barang bila telah memberikan sejumlah uang. Memberi terlebih dahulu baru menerima.
Di negara yang tadi saya ceritakan, bahkan banyak barang yang dibayar secara cicilan dapat langsung dinikmati oleh pembeli tanpa harus mengeluarkan sejumlah uang terlebih dahulu. Benar-benar menerima dahulu baru memberi. (Diambildariberbagaisumber)

Selasa, 03 Juni 2008